Mengapa orang indonesia mau menerima kebudayaan dari india

Rakyat Indonesia mudah menerima ajaran Hindu-Buddha karena tidak ada unsur pemaksaan untuk menganut agama Hindu-Buddha dan juga kebudayaan awal Indonesia hampir sama dengan kebudayaan Hindu-Buddha.

Pembahasan

Alasan untuk jawaban tidak unsur pemaksaan untuk menganut agama Hindu-Buddha adalah anggapan bahwa seseorang  tidak dapat menjadi Hindu, tetapi seseorang itu lahir sebagai Hindu.  Anggapan inilah yang membuat para Brahmana agama Hindu tidak terbebani dalam menyebarkan agama Hindu di Indonesia. Jadi, orang-orang  Indonesia yang pasti pada mulanya tidak dilahirkan sebagai  Hindu dapat beragama Hindu.

Alasan yang kedua adalah sistem pemerintahan dalam masyarakat. Orang Indonesia telah memilih salah seorang anggota masyarakat sebagai kepala suku, yang dianggap sebagai wakil dari nenek moyang. Ketika agama Hindu masuk ke Indonesia, meski sistem pemerintahan berubah dengan dipimpin suatu kelompok masyarakat oleh seorang raja, perubahan ini dapat diterima dengan baik oleh orang-orang Indonesia. Karena dengan adanya raja, rakyat merasa terlindungi dan kesejahteraannya tercukupi.

Begitu pula dengan sistem kepercayaan. Orang-orang Indonesia jaman dahulu masih memuja roh nenek moyang dan mempercayai benda-benda yang keramat (animisme dan dinamisme), yaitu berupa menyembah benda-benda dianggap nenek moyang mereka berada dan juga melakukan upacara pemujaan roh nenek moyang. Hal ini hampir mirip dengan kepercayaan agama Hindu, dengan adanya arca dan upacara-upacara yang dilaksanakan oleh Hindu.

—————————–

Detil Jawaban

Kelas: X

Pelajaran: Sejarah Indonesia

Bab: Pedagang, Penguasa dan Pujangga pada Masa Klasik  (Hindu dan Buddha) – (Bab 2)

Kode: 10.3.2

Kata kunci: ajaran Hindu-Buddha di Indonesia, alasan rakyat Indonesia menerima ajaran Hindu-Buddha

Rakyat indonesia mudah menerima ajaran Hindu-Budha karena

  1. Budaya India di dukung oleh para raja dan penguasa di Indonesia yang mengadaptasi budaya ini.
  2. Budaya India bisa membaur atau berasimilasi dengan budaya lokal di Indonesia.
  3. Sifat rakyat Indonesia yang terbuka menerima budaya luar

Pembahasan

Seiring dengan masuknya agama Hindu dan Buddha di Indonesia, dimulai dari sekitar abad ke 4 Masehi, budaya India pun masuk ke Indonesia.

Masuknya budaya ini sangat berpengaruh besar terhadap peradaban di Indonesia. Budaya yang masuk ini bisa dilihat dari penggunaan bahasa Sansekerta, tulisan Pallawa, arsitektur candi dan istana, cerita epik Mahabarata dan Ramayana serta sistem politik kerajaan.

Budaya India ini bisa masuk dan diterima oleh masyarakat Indonesia. Ini tak lepas dari dukungan para penguasa di Indonesia pada masa itu. Para penguasa seperti di Kutai, Kalinga dan Tarumanegara mengadaptasikan budaya India sebagai salah satu cara untuk memperkuat wibawa kerajaan. Para penguasa ini mengadaptasikan konsep kerajaan dari India, dimana raja dianggap sebagai titisan dari dewa di muka bumi. Pembangunan candi dengan arsitektur India dan penggunaan gelar dalam bahasa Sansekerta juga merupakan salah satu upaya memperkuat wibawa kerajaan.

Selain dukungan dari kerajaan, faktor lain yang mendukung diterimanya budaya India adalah asimilasi budaya tersebut dengan budaya lokal. Misalnya adalah cerita Mahabarata dan Ramayana yang bisa diadaptasi dengan corak lokal pada pertunjukan wayang kulit dan wayang wong. Dalam adaptasi, cerita ini dirubah sehingga sesuai dengan nilai budaya daerah.

Pelajari lebih lanjut latar akulturasi Candi Borobudur di: brainly.co.id/tugas/2449323  

Pelajari lebih lanjut alasan bagaimana Candi Borobudur dibangun di: brainly.co.id/tugas/12083190

Pelajari lebih lanjut bukti adanya akulturasi budaya Indonesia pra-Hindu dengan budaya Hindu di: brainly.co.id/tugas/172128  

————————————————————————————-

Detail Jawaban    

Kelas: X  

Kode: 10.3.4

Mata pelajaran: IPS/Sejarah    

Materi: Bab 4 – Indonesia Zaman Hindu dan Buddha: Silang Budaya Lokal dan Global Tahap Awal

Kata kunci: Budaya Hindu Buddha

Jakarta-wapresri.go.id Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla menerima Menteri Negara Urusan Luar Negeri (Menlu) India Jenderal (purn.) Vijay Kumar Singh di Kantor Wapres, Merdeka Utara, Kamis (19/1/2017).

Mengawali pertemuan, Menlu Vijay Kumar Singh mengatakan, kedatangannya ke Indonesia selain menindaklanjuti kerjasama yang telah disepakati antara Indonesia dan India ketika Presiden Joko Widodo berkunjung ke India Desember tahun lalu, juga dalam rangka menghadiri Konferensi Internasional Ke-2 tentang Hubungan Kebudayaan dan Peradaban ASEAN-India.

“Indonesia mempunyai peranan yang besar di ASEAN. Indonesia dapat memanfaatkan kekuatan ini untuk berperan dalam isu-isu strategis ASEAN, misalnya Laut China Selatan,” ucap Singh.

Terkait isu tersebut Wapres mendorong masing-masing pihak untuk fokus dalam meningkatkan kerjasama ekonomi, mengingat banyaknya volume perdagangan yang dilalui Laut China Selatan. Jika konflik masih terjadi maka akan mengganggu stabilitas pertumbuhan ekonomi negara-negara sekitarnya.

“Saya yakin ASEAN akan dapat menyelesaikan isu ini dengan damai,” ucap Wapres.

Menurut Singh Indonesia dan India memiliki banyak persamaan, diantaranya dalam hal plularisme dan demokrasi. Singh berharap kedua negara dapat menjadi contoh bagi dunia dalam mempromosikan kedua isu tersebut.

Sejalan dengan Singh Wapres pun mengungkapkan bahwa Indonesia dan India memang dapat menjadi contoh dalam mendukung plularisme dan toleransi beragama. Hal ini dapat dilihat bagaimana kedua negara mempromosikan pariwisata masing-masing.

“Indonesia yang berpenduduk mayoritas muslim, mempromosikan Bali dan Borobudur yang merupakan ikon bagi umat Hindu dan Budha. Sementara India negara yang berpenduduk mayoritas Hindu mempromosikan Tajmahal yang merupakan warisan sejarah bagi umat Islam,” ungkap Wapres.

Singh juga memuji toleransi beragama yang dimiliki Indonesia. Menurutnya, Indonesia mampu menangani isu-isu terorisme dan radikalisme.

Menurut Wapres radikalisme dan terorisme muncul dari negara-negara yang gagal, yaitu negara-negara yang mendapatkan serangan dan interfensi dari negara-negara adidaya dengan dalih menegakkan demokrasi.

Terkait dengan toleransi di Indonesia, Wapres mengatakan ada perbedaan antara Islam di Indonesia dengan Timur Tengah, dimana kedatangan Islam ke Indonesia melalui perdagangan, bukan melalui perang.

“Jadi para pedagang yang membawa Islam ke Indonesia membawanya tanpa kekerasan atau paksaan, melainkan dengan transisi,” ungkap Wapres.

Dalam kesempatan tersebut Wapres juga mengingatkan Menlu Singh agar KTT IORA (Indian-Ocean Rim Association/Asosiasi Negara-negara di Kawasan Samudera Hindia) yang akan diselenggarakan Maret mendatang di Jakarta, dapat dihadiri oleh India.

Dalam hal ini, Menlu Singh meyakinkan Wapres bahwa perwakilan tertinggi India akan menghadiri KTT tersebut.

“Kami menantikan bagaimana ke depan konsep Blue Economy akan ditindaklanjuti,” tutupnya.

Konsep “Blue Economy” merupakan salah satu hasil dari 11 poin rekomendasi dari simposium yang dihadiri negara-negara anggota IORA, pada September 2016 di Yogyakarta. Hasil rekomendasi tersebut dinamakan dengan “Yogyakarta Message”. Prioritas dalam pembangunan Blue Economy tidak hanya terbatas pada perikanan tetapi juga mencakup budidaya, bioteknologi kelautan, industri kelautan, energi, pariwisata bahari dan transportasi laut. Konsep Blue Economy ini digunakan mengingat negara-negara anggotanya memiliki laut, dan sumberdaya didalamnya masih perlu dioptimalkan.

IORA beranggotakan 21 negara, yaitu: Indonesia, Australia, Singapura, Malaysia, Thailand, India, Bangladesh, Sri Lanka, Oman, Yemen, Iran, UAE, Somalia, Seychelles, Mauritius, Madagascar, Comoros, Tanzania, Kenya, Mozambique, dan Afrika Selatan.  Disamping itu, IORA memiliki enam negara mitra dialog, yaitu: Jepang, AS, Perancis, Inggris, Mesir, dan  China.

Hadir mendampingi Menlu India, Sekretaris Menlu Preeti Saran, Dubes India untuk Indonesia Nengcha Lhouvum, dan Wakil Kepala Misi Kedubes India Manish. Sementara Wapres Jusuf Kalla didampingi Kepala Sekretariat Wakil Presiden Mohamad Oemar, Deputi Bidang Dukungan Kebijakan Dewi Fortuna Anwar dan Dirjen Asia Pasifik dan Afrika Kemenlu Desra Percaya. (KIP, Setwapres)

Jakarta

Masuknya unsur budaya India ke Indonesia menyebabkan kebudayaan Indonesia tidak kehilangan kepribadiannya. Hal ini disampaikan dalam buku Sejarah SMA Kelas 2 oleh Tugiyono KS, dkk.

Dalam perkembangannya, pengaruh masuknya unsur budaya India ke Indonesia menyebabkan munculnya budaya Indonesia baru yang coraknya masih terlihat sampai sekarang.

Beberapa budaya Indonesia yang memiliki unsur budaya India yaitu adanya teori Kasta. Hindu sangat kental dengan sistem kasta. Ketika agama dan kebudayaan Hindu berkembang di Indonesia, sistem kasta tidak berlaku mutlak seperti negara asalnya di India. Sistem kasta dikenal dalam ajaran agama saja, tetapi tidak diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, seperti dikutip dari penelitian Amalia Irfani, dosen Komunikasi dan Penyiaran Islam STAIN Pontianak dalam Jurnal Dakwah Al Hikmah.

Pada bidang seni, budaya Indonesia yang memiliki unsur budaya India dapat dilihat dari bangunan candi. Bangunan candi di Indonesia diadaptasi dari kebudayaan India pada masa Hindu-Budha. Perbedaannya, banguanan candi di India berfungsi sebagai tempat pemakaman, sementara di Indonesia sebagai tempat pemujaan. Dengan begitu, bahasa Indonesia hanya mengambil unsur kebudayaan India namun tetap bernuansa lokal Indonesia.

Pada konsep pemerintahan, unsur budaya India yang masuk ke Indonesia yaitu adanya konsep raja dan kerajaan. Indonesia baru mengenal konsep kesukuan yang dipimpin seorang kepala suku dengan wilayah terbatas. Kepala suku dipilih berdasar kekuatan fisik dan kekuatan magis yang dimiliki. Munculnya kerajaan Kutai di Kalimantan Timur adalah salah satu bukti sejarahnya masuknya unsur budaya India ke Indonesia.

Menurut para ahli sejarah, Kerajaan Kutai pada mulanya hanya setingkat suku yang dipimpin oleh kepala suku yang disebut Kudungga. Kutai mulai terlihat menjadi sebuat kerajaan sejak pemerintahan Raja Aswawarman.

Masuknya unsur budaya India ke Indonesia dan teorinya

Masuknya unsur budaya India ke Indonesia menyebabkan kebudayaan Indonesia tidak kehilangan kepribadiannya. Hubungan India dan Indonesia dirintis melalui perdagangan. Dalam hubungan ini, turut serta pendata yang berkunjung ke Indonesia. Kemudian, orang Indonesia yang belajar dari para pendeta India turut berpengaruh dalam penyebaran budaya India.

Orang Indonesia pergi ke tempat asal gurunya di India untuk berziarah dan menambah ilmu pengetahuan tentang keagamaan. Setelah kembali dengan bekal pengetahuan yang cukup, orang Indonesia lalu menyebarkan yang mereka ketahui dengan bahasanya sendiri. Ini membuat ajaran yang mereka sebarkan lebih cepat dan lebih mudah diterima di Indonesia, seperti dikutip dari buku Sejarah SMA Kelas 2 oleh Tugiyono KS, dkk.

Hubungan dagang antara Indonesia dan India mengakibatkan masuknya unsur budaya India ke Indonesia. Proses sesungguhnya yang terjadi belum dapat diungkapkan sepenuhnya oleh peneliti. Pada intinya, pendapat peneliti terbagi dua. Pertama, bertolak pada anggapan bahwa bangsa Indonesia berlaku pasif pada proses tersebut. Kedua, yang tumbuh lebih akhir memberi peranan aktif pada bangsa Indonesia.

Peneliti yang berpendapat pertama beranggapan bahwa telah terjadi kolonisasi oleh orang-orang India. Koloni-koloni orang India menjadi pusat penyebaran budaya India di Indonesia. Ada juga yang berpendapat kolonisasi ini disertai penaklukan.

Dalam proses masuknya budaya India menurut gambaran di atas, yang berperan utama adalah golongan prajurit atau kasta ksatria. Ilmuwan Indologi dan Indonesia Frederik David Kan Bosch menyebut hal ini sebagai hipotesa ksatria.

Pendapat lain yang masih berpegang pada anggapan adanya kolonisasi bangsa India terhadap bangsa Indonesia adalah hipotesa yang semula diajukan Krom. Ia berpendapat, karena hubungan ini terjadi karena perdagangan, maka orang India di Indonesia terbanyak adalah pedagang dari kasta vaisya (waisya).

Hipotesa vaisya sejarawan Nicolaas Johannes Krom memperkirakan adanya perkawinan antara para pedagang dengan perempuan Indonesia. Perkawinan, menurut Krom, merupakan saluran penyebaran pengaruh yang penting.

Sementara itu, J.C. Van Leur berpendapat, masuknya unsur budaya India ke Indonesia dibawa oleh orang India golongan Brahmana yang datang atas undangan penguasa di Indonesia.

Penguasaan yang luas dan mendalam mengenai kitab-kitab suci menempatkan para brahmana sebagai purohita yang memberi nasihat raja. Sehingga, brahmana bukan hanya memberi pengaruh dalam bidang keagamaan, juga mengenai pemerintahan, peradilan, perundang-undangan, dan lain-lain.

Nah gimana detikers, udah paham ya dampak masuknya unsur budaya India ke Indonesia?

Simak Video “

Kemenag: Seni-Budaya Dapat Perkuat Moderasi Beragama


[Gambas:Video 20detik]
(lus/lus)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *