Kenapa allah memberi cobaan yang berat

Article

Tidak sedikit orang yang kita lihat atau temui hidupnya mengalami banyak sekali cobaan. Yah orang itu orang yang sangat baik, tapi kenapa? Sedangkan orang yang suka melakukan maksiat kenapa mereka hidupnya fine-fine saja seperti tidak ada cobaan. Hal ini yang banyak sekali orang tanyakan kepada diri sendiri dan juga kepada Allah. Padahal kita sudah berusaha hidup dengan baik, istiqomah, selalu taat kepada Allah, tapi kenapa masih banyak cobaaan. 

Untuk mengetahui jawaban atas pertanyaan diatas, kita bisa mengambil pelajaran dari Rasulullah SAW. Siapa sih yang tidak mengenal Rasulullah, orang yang paling bertakwa, shalih, dan yang pasti beliau itu Nabi yaitu orang yang paling beriman kepada Allah. Tapi kenyataannya hidupnya tidak semulus dengan ekspetasi kita.

Saking banyaknya cobaan yang dialami Rasulullah dari tinggalkan istri tercintanya, dicacimaki dan disakiti orang kafir, dikira gila dan lain sebagianya. Namun, apakah beliau marah? Tidak. Beliau tetap menjalaninya dengan sabar karena beliau tahu bahwa Allah ada dan selalu melindumginya. Meskipun Rasulullah terbilang manusia yang paling sempurna sekaligus.

Jika kalian bertanya siapa sih manusia yang paling berat mendapatkan cobaan dari Allah? Maka orang yang paling berat cobaannya ialah, 
يا رسولَ اللهِ أيُّ النَّاسِ أشدُّ بلاءً قالَ الأَنبياءُ ثمَّ الأَمثلُ فالأَمثلُ
“wahai Rasulullah, siapa manusia yang paling berat cobaannya?”. Beliau menjawab: “para Nabi, kemudian yang semisal mereka (pengikut para Nabi), kemudian yang semisal mereka (orang yang meneladani pengikut para Nabi)” (HR. Tirmidzi no.2398, ia berkata: “hasan shahih”).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إذا أحَبَّ اللهُ قومًا ابْتلاهُمْ
“jika Allah mencintai suatu kaum maka mereka akan diuji” (HR. Ath Thabrani dalam Mu’jamul Ausath, 3/302. Dishahihkan Al Albani dalam Shahih Al Jami’ no. 285).

Maka itu Allah akan memberikan cobaan kepadanya, karena Allah sangat mencintainya dan dengan cara seperti itu Allah akan mengangkat derajat orang yang bersabar dalam menjalani cobaan yang Allah berikan.

Allah berfirman dalam Q.S. Al-Baqorah: 155,
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ
“Dan sungguh aku akan uji mereka dengan sedikit rasa takut, rasa lapar, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan,. Maka berilah kabar gembira bagi orang yang bersabar.”

Memang dengan bersabar dalam menjalani cobaan yang dialami mungkin tidak dibalas langsung didunia, tapi Allah akan memberikan kenikmatan itu diakhirat ketika kita sudah meninggal. berbeda dengan orang yang selalu melakukan kemaksiatan didunianya. Memang hidupnya serba bahagia apapun yang diinginkan ada. Tapi harus dingat bahwa setelah meninggal apa yang bisa dibawa hanya dosa yang bisa dia bawa.

Rasulullah bersabda,
إِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِعَبْدِهِ الْخَيْرَ عَجَّلَ لَهُ الْعُقُوبَةَ فِي الدُّنْيَا ، وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِعَبْدِهِ الشَّرَّ أَمْسَكَ عَنْهُ بِذَنْبِهِ حَتَّى يُوَافِيَ بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Jika Allah menginginkan kebaikan pada seorang hamba, Allah segerakan hukumannya di dunia. Jika Allah menginginkan keburukan pada seorang hamba, Allah menahan hukuman atas dosa-dosanya, sehingga kelak ia akan membayarnya hasil perbuatannya di hari kiamat” (HR. Tirmidzi no. 2396, dishahihkan Al Albani dalam Shahih At Tirmidzi).

Untuk itu jadilah manusia yang penyabar, sabar dalam segala cobaan yang diberikan Allah. Kita hanya bisa bersabar dan tetap bersyukur masih diberikan nikmat hidup. Dengan begitu cobaan terasa mudah dan kita juga akan mendapatkan kenikmatan yang mungkin lebih luar biasa. Semoga Allah selalu memberikan kita ketabahaan dan semangat dalam menjalaninya.

Pernah merasa bahwa hidupmu selalu susah dan tak sebahagia orang lain di sekitarmu? Merasa susah, sedih dan kecewa pada dasarnya adalah suatu hal yang wajar. Percaya atau tidak, semua orang pasti pernah merasa susah, sedih dan kecewa. Hanya saja, tidak semua orang akan mengeluh dengan hal itu. Beberapa orang akan tetap bersabar dan bersyukur dengan segala kesusahan yang mereka terima.

Terlalu berlarut-larut dalam kesedihan, kesusahan dan kekecewaan adalah suatu hal yang sangat buruk. Tak hanya buruk bagi kesehatan psikis kamu, berlarut-larut dalam kesedihan dan merasa bahwa Tuhan telah memberi ujian yang sangat berat juga akan membuat kesehatan fisik kamu semakin buruk. Sebenarnya, selama kita bisa senantiasa berpikir dengan jernih dan menerima ujian yang diberikan Tuhan kepada kita dengan lapang dada serta tanpa adanya putus asa juga kecewa, percayalah bahwa ujian tersebut adalah teguran untuk kita agar kita semakin dekat denganNya.

Adanya ujian dalam hidup kita juga merupakan peringatan bagi kita agar kita tak pernah lupa akan keberadaanNya. Seberat apapun ujian yang kamu terima, itu adalah tanda bahwa Tuhan sangat menyayangimu. Ujian tersebut juga merupakan cara Tuhan untuk membuat kamu lebih kuat dalam menjalani kehidupanmu. Ketika kamu mampu melewati setiap ujian yang menimpa dengan sabar, kuat dan penuh penerimaan, dipastikan bahwa kamu akan menemukan kebahagiaan yang tiada taranya.

“Dan sesungguhnya Kami memberikan cobaan kepada kalian, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS. Al Baqarah: 155) “Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (QS. Az Zumar: 10)

Tuhan Tak Akan Menguji HambaNya di Luar Batas Kemampuannya

Ketika kamu menerima ujian, percaya saja bahwa Tuhan telah mempercayakan kamu bahwa kamu bisa melewati setiap ujian yang diberikanNya. Tuhan, tak akan pernah menguji setiap hambaNya dengan ujian yang tak bisa diselesaikan oleh hambaNya tersebut. Adanya ujian, rasa kecewa yang mendalam dan kesedihan yang menyiksa jiwa serta raga sebenarnya adalah sebuah ketetapan yang diambil Tuhan agar kita bisa menjadi pribadi yang lebih kuat. Menjadi pribadi yang tak pernah menyerah dan pribadi yang gampang putus asa.

Jika kamu pernah berpikir bahwa hidupmu tak lebih bahagia dari orang lain di sekitar kamu, lihat lagi orang lain yang lebih susah dari kamu. Sesusah dan sesedih apapun ujian yang sedang kamu hadapi, masih banyak orang-orang di luar sana yang ujiannya lebih berat dari yang kamu alami. Hanya saja, orang lain di luar sana mungkin saja bisa senantiasa sabar dan menampakkan wajah bahagia karena mereka percaya Tuhan akan selalu bersamanya. Mereka percaya bahwa Tuhan tak akan memberikan ujian di luar batas kemampuannya.

Tak Perlu Larut Dalam Kesedihan Karena Ujian, Itu Langkah Awal Temukan Kebahagiaan

Jangan pernah berlarut-larut dalam kesedihan karena kamu sedang diuji atau mengalami kesusahan. Semakin kamu larut dalam kesusahan, semakin stres dan menyedihkan hidup yang akan kamu rasakan. Semakin kamu sedih dan susah karena ujian yang kamu hadapi, akan semakin mudah bagi psikis dan fisikmu untuk tumbang. Ini juga sangat memungkinkan bahwa kamu akan dipandang sebelah mata oleh orang lain, dipandang menyedihkan dan dipandang tak berguna.

Kalau memang ingin temukan kebahagiaan yang sesungguhnya, kebahagiaan dengan nuansa indah luar biasa, pastikan untuk melewati setiap ujian dengan senyuman. Pastikan untuk menyelesaikan setiap ujian dengan hati yang penuh kesabaran juga penerimaan. Percayakan semuanya pada Tuhan. Tuhan telah menjanjikan kebahagiaan luar biasa indah bagi hamba-hambaNya yang senantiasa bersabar, penuh penerimaan dan lapang dada. Jika kamu merasa sudah tak kuat dengan ujian yang diterima, tenangkan lagi pikiran kamu, berdiamlah dan lebih dekatkan lagi dirimu kepadaNya.

Semakin berat ujian yang diberikan Tuhan kepada kita, itu artinya bahwa Tuhan ingin kita menjadi pribadi yang semakin kuat. Itu artinya, Tuhan ingin kita semakin dekat lagi denganNya dan senantiasa megingatNya karena Ia sangat sayang dan cinta kepada kita. Bagi kamu yang saat ini sedang diuji dan merasa ujian tersebut berat, tetaplah bersabar dan yakin saja bahwa ujian tersebut adalah cara Tuhan memperkuat kamu. Selalu bersyukur dan bersabar dengan apa yang ada di hidupmu karena itu akan membuatmu senantiasa bahagia.

Melalui ujian, Allah SWT mengukur atau menguji keimanan manusia sebagai hamba-Nya, apakah akan menjauh atau sebaliknya mendekat dan bertawakal kepada-Nya. Foto: Repro Islami.co

Melalui ujian, Allah SWT mengukur atau menguji keimanan manusia sebagai hamba-Nya, apakah akan menjauh atau sebaliknya mendekat dan bertawakal kepada-Nya. Foto: Repro Islami.co

” Setiap manusia pernah mengalami ujian dan cobaan. Entah yang ia hadapi dirasakan ringan atau pun sebaliknya. “

KENDARI, TELISIK.ID - Setiap manusia tentunya pernah mengalami ujian dan cobaan. Entah yang ia hadapi dirasakan ringan atau pun sebaliknya. 

Namun dengan cara itu, Allah subhanahu wa ta’ala mengukur atau menguji keimanan kita sebagai hamba-Nya, apakah kita akan menjauh atau sebaliknya mendekat dan bertawakal kepada-Nya.

Hakikatnya, ujian mencerminkan kasih sayang dan keadilan Allah subhanahu wa ta’ala pada hamba hamba-Nya yang beriman. Allah  ”tidak rela” menimpakan azab yang tidak terperi sakitnya di akhirat kelak, hingga Ia menggantinya dengan azab dunia yang ”sangat ringan.” Dalam perspektif seperti ini, musibah berfungsi sebagai penggugur dosa-dosa.

Jadi, semakin Allah subhanahu wa ta’ala cinta pada seseorang, maka ujian yang akan diberikan kepadanya semakin berat. Karena ujian itu mengangkat derajat dan kemuliaannya di hadapan Allah subhanahu wa ta’ala. Manusia yang paling dicintai Allah adalah para Nabi dan Rasul. Mereka adalah orang yang paling berat menerima ujian semasa hidupnya didunia. 

Ujian yang mereka hadapi, melebihi ujian yang diberikan kepada manusia lainnya. Contohnya Nabi Ayub AS. Meski Allah subhanahu wa ta’ala mengujinya dengan kemiskinan dan penyakit yang sangat berat selama berpuluh-puluh tahun, tapi ia tetap sabar menghadapinya.

Setelah Nabi dan Rasul, orang yang ujiannya sangat berat adalah para ulama dan para shalihin. Demikianlah secara berurutan, hingga Allah SWT menimpakan ujian yang ringan kepada orang-orang awam, termasuk kita di dalamnya yang pasti, ketika setelah seseorang mengikrarkan diri beriman, maka Allah akan menyiapkan ujian baginya. 

Dilansir dari republika.co.id, dalam Al-Qur’an tertulis janji Allah, ”Apakah manusia itu mengira bahwa mereka akan dibiarkan (saja) mengatakan: Kami telah beriman, lantas tidak diuji lagi? Sungguh Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan mengetahui orang-orang yang dusta.” (QS. Al-Ankabut: 2-3).

“Jika Allah menghendaki kebaikan bagi hamba-Nya, maka Dia menyegerakan hukuman di dunia. Jika Allah menghendaki keburukan bagi hamba-Nya, maka Dia menahan hukuman kesalahannya sampai disempurnakannya pada hari Kiamat.” (HR. Imam Ahmad, At-Turmidzi, Hakim, Ath-Thabrani, dan Baihaqi).

Suatu ketika seorang laki-laki bertemu dengan seorang wanita yang disangkanya pelacur. Dengan usil, lelaki itu menggoda si wanita sampai-sampai tangannya menyentuh tubuhnya. Atas perlakuan itu, si wanita pun marah. Lantaran terkejut, lelaki itu menoleh ke belakang, hingga mukanya terbentur tembok dan ia pun terluka. 

Pasca kejadian, lelaki usil itu pergi menemui Rasulullah SAW dan menceritakan pengalaman yang baru saja dialaminya. Rasulullah SAW berkomentar, ”Engkau seorang yang masih dikehendaki oleh Allah menjadi baik.” Setelah itu, Rasul mengucapkan hadis yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Mughaffal.

Dalam riwayat At-Turmidzi, hadis itu disempurnakan dengan lafaz sebagai berikut, ”Dan sesungguhnya Allah, jika Dia mencintai suatu kaum, Dia menguji mereka. Jika mereka ridha, maka Allah ridha kepadanya. Jika mereka benci, Allah membencinya.” Kecintaan Allah kepada hamba-Nya di dunia tidak selalu diwujudkan dalam bentuk pemberian materi atau kenikmatan lainnya. Kecintaan Allah bisa berbentuk musibah.

Musibah yang ditimpakan Allah kepada manusia dapat dilihat dari empat perspektif. Yang pertama, sebagai ujian dari Allah. Kedua, sebagai tadzkirah atau peringatan dari Allah SWT kepada manusia atas dasar sifat Rahman-Nya. Ketiga, sebagai azab bagi orang-orang fasiqin, munafiqin, ataupun kafirin. Kalau ia menemui kematian dalam musibah tersebut, maka ia mati dalam keadaan tidak diridhai Allah. Dalam konteks hadis ini, musibah biasanya sesuatu yang menyakitkan, dapat dilihat sebagai ujian.

Sesungguhnya cobaan adalah cara Allah untuk mengetahui maqam (tingkat) keimanan manusia. Dan dengan cobaan itu, menjadikan manusia siap memasuki surga sebagaimana yang disampaikan Allah SWT dalam Al-Qur’an Surah Al-Baqarah ayat 214 berbunyi:

“Am hasibtum an tadkhulul jannata wa lamma ya’tikum matsalulladzina khalau min qablikum massathumul-ba’sa-u waddhara-u wa zulzilu hatta yaqulurasulu walladzina amanu ma-ahu mata nashrullahi, ala inna nashralllahi qaribun.”

Yang artinya: “Apakah kamu mengira kamu akan masuk surga? Padahal belum datang padamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa kesulitan dan kesempitan, serta diguncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.”

Cobaan memang tidaklah menyenangkan. Cobaan pun datang dalam bentuk yang berbeda-beda, bisa dalam bentuk harta, fisik, kemiskinan, anak, pasangan hidup, bahkan hingga relasi kerja dan bisnis.

Hal yang harus diingat, setiap ujian atau cobaan yang diberikan Allah SWT kepada hamba-Nya selalu diselipkan solusi. Solusi tersebut umumnya disesuaikan dengan kadar tingkatan manusia itu sendiri. Hal ini ditegaskan Allah SWT dalam Surah Al-Baqarah ayat 286.

“La yukallifullaha nafsan illa wus-aha.” Yang artinya: “Allah tidak membebani seseorang (menurunkan ujian), kecuali sesuai dengan kesanggupannya.”

Dikutip dari kumparan.com, berikut ini beberapa hikmah yang dapat kita ambil pelajaran apabila ditimpa musibah atau ujian hidup.

1. Berdasarkan hadis Nabi SAW yang berbunyi, “Apabila Allah mencintai suatu kaum, Dia akan menguji mereka.”

Maka hal ini menandakan, bahwa setiap ujian manusia terima adalah sebagai wujud kasih sayang Allah SWT kepada hamba-Nya.

Logikanya, bila seseorang yang menyanyangi orang lain, maka ia akan sering memperhatikan orang yang disayanginya. Begitu juga dengan Allah kepada hamba-Nya, dengan datangnya ujian berarti Allah SWT sedang memperhatikan diri kita dan bentuk perhatian inilah sebagai salah satu ciri bahwa Allah SWT sayang dan cinta kepada hamba-Nya yang ditimpa musibah.

2. Dengan adanya ujian hidup membuat diri kita semakin bersabar. Sebagaimana dalam firman Allah SWT: “Adakah kalian mau bersabar?,” (QS. Al-Furqon: 20).

Artinya bahwa Allah SWT memberikan ujian itu ingin melatih kebiasaan kita agar belajar bersabar. Logikanya, dengan seringnya datang ujian meski awalnya sulit, namun karena sudah terbiasa maka seiring berjalannya waktu, kesulitan itu akan sirna. Bahkan, kita pun akan terbiasa menyelesaikan ujian-ujian yang datang kepada diri kita. Sehingga Allah SWT membuat ujian hidup semata-mata ingin menaikkan derajat hamba-Nya agar mencapai derajat sabar.

3. Melatih kita untuk belajar bersyukur. Hal ini seperti dijelaskan dalam firman Allah SWT: “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS. Ibrahim [14]: 7).

Jadi, ujian dan cobaan yang menimpa bukan pertanda bahwa Allah SWT tidak sayang kepada hamba-Nya. Namun, itu adalah sebuah pertanda bahwa Allah SWT sayang kepada hamba-Nya, dan diberikanlah ujian dan cobaan itu. Semakin berat ujian dan cobaan, maka semakin Allah SWT sayang kepada hamba-Nya. Sesungguhnya, Allah SWT memberikan ujian dan cobaan itu untuk mengetahui tingkat keimanan kita kepada-Nya. (C)

Reporter: Irawati

Editor: Haerani Hambali 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *