Apa yang menyebabkan kurs mata uang asing selalu berubah

Apakah kamu pernah datang ke bank atau tempat penukaran uang? Jika iya, kamu dapat melihat informasi mengenai perubahan nilai tukar suatu mata uang yang bisa terjadi setiap saat di tempat-tempat tersebut.

 

Selain itu, saat membaca atau menyaksikan berita media massa, kamu mungkin juga akan mengetahui bahwa nilai tukar suatu mata uang melemah atau menguat terhadap mata uang negara lain.

 

Mengapa hal tersebut bisa terjadi? Sama seperti komoditas lain pada umumnya, penguatan atau pelemahan nilai tukar suatu mata uang dapat terjadi karena adanya faktor permintaan dan penawaran.

 

Secara sederhana, penguatan atau apresiasi nilai tukar suatu mata uang dapat terjadi ketika ada banyak permintaan terhadap mata uang tersebut. Sebaliknya, pelemahan atau depresiasi terjadi karena ada banyak yang menjual atau menawarkan mata uang tersebut.

 

Nah, permintaan dan penawaran tersebut dapat terjadi karena berbagai faktor, baik di dalam atau luar negeri. Dengan demikian, kalau kamu ingin menyimpan atau bahkan berinvestasi mata uang asing, kamu perlu memperhatikan berbagai perkembangan ekonomi makro di Indonesia dan luar Indonesia, terutama Amerika Serikat (AS)

 

Apa saja kah faktor-faktor itu? Yuk, simak penjelasan berikut ini!

Tingkat Pengangguran dan Jumlah Karyawan

 

Salah satu data penting yang perlu diperhatikan dari AS adalah data pengangguran (unemployment rate) dan data jumlah karyawan (nonfarm payroll). Biro Statistik Tenaga Kerja AS melaporkan data tingkat pengangguran dan jumlah karyawan tersebut setiap bulannya.

 

Tingkat pengangguran adalah data yang menunjukkan persentase dari angkatan kerja yang tidak bekerja. Dalam bahasa lain, data ini mengukur perbandingan jumlah orang yang mau dan bisa bekerja namun sedang menganggur dengan jumlah seluruh angkatan kerja.

 

Sementara itu, jumlah karyawan merepresentasikan data jumlah pekerja di Amerika Serikat di luar pekerja di bidang pertanian, pegawai negeri, pekerja nirlaba dan sebagainya. Data jumlah karyawan ini biasanya diumumkan oleh Biro Statistik Tenaga Kerja AS pada hari Jumat pertama di setiap bulan.

 

Bisa ditebak, saat kondisi ekonomi sedang baik, tingkat pengangguran akan lebih rendah dan jumlah karyawan akan lebih tinggi. Namun, saat kondisi ekonomi sedang buruk, tingkat pengangguran akan lebih tinggi dan jumlah karyawan biasanya akan lebih rendah. Dengan kata lain, tingkat pengangguran di AS ini bisa menjadi sebuah pertanda mengenai kondisi ekonomi.

 

Mengapa? Saat tingkat pengangguran tinggi, ada banyak orang yang tidak memiliki penghasilan. Berkurangnya penghasilan itu berarti berkurangnya konsumsi yang dilakukan oleh masyarakat. Kondisi ini mendapatkan perhatian dari pemerintah atau otoritas moneter seperti bank sentral.

 

Tingkat pengangguran yang tinggi dapat mendorong bank sentral menurunkan tingkat suku bunga dengan harapan masyarakat meminjam dana ke bank. Pinjaman tersebut lalu digunakan untuk aktivitas ekonomi, mulai dari mengembangkan usaha sampai membeli kendaraan. Aktivitas ekonomi itu diharapkan membuka kembali lapangan pekerjaan.

Neraca Perdagangan

 

Pada dasarnya, neraca perdagangan adalah selisih antara nilai ekspor dan impor di suatu negara dalam suatu periode waktu tertentu. Jika ekspor lebih besar daripada impor maka neraca tersebut surplus. Sebaliknya, jika impor lebih besar daripada ekspor maka neraca tersebut defisit.

 

Nah, baik ekspor dan impor membutuhkan valuta asing. Contoh sederhananya, seorang pengusaha di Jepang mau mengimpor barang dari AS. Dengan demikian, pengusaha itu membutuhkan dolar AS untuk membeli barang di AS. Oleh karena itu, dia menukarkan Yen Jepang ke Dolar AS.

 

Neraca perdagangan Jepang surplus terhadap AS maka dapat menjadi salah satu faktor terhadap pergerakan nilai tukar Dolar AS dan Yen. Salah satu kemungkinannya adalah apresiasi Yen terhadap Dolar AS karena permintaan Yen yang lebih banyak daripada Dolar AS saat neraca perdagangan tersebut surplus. Begitupula sebaliknya jika defisit.

 

Perlu diingat kondisi apresiasi dan depresiasi nilai tukar suatu mata uang sangatlah dinamis. Pada suatu waktu, nilai tukar Yen dapat terapresiasi terhadap Dolar AS. Pada suatu waktu yang lain, Yen dapat terdepresiasi terhadap mata uang tersebut.

 

Pelonggaran Kuantitatif

 

Selain data tingkat pengangguran dan jumlah karyawan, kebijakan moneter yang disebut sebagai pelonggaran kuantitatif (quantitative easing) juga dapat berpengaruh terhadap nilai tukar mata uang.

 

Apa arti dari kebijakan moneter yang biasa disingkat sebagai QE ini?

 

Secara sederhana, QE adalah kebijakan moneter yang dilakukan oleh bank sentral dengan cara membeli surat berharga atau obligasi dengan tujuan menekan atau menurunkan tingkat suku bunga jangka panjang.

 

Mengapa dalam jangka panjang? Dalam kondisi krisis atau resesi, tingkat suku bunga jangka pendek di berbagai negara maju seperti AS sudah cukup rendah dan bahkan bisa mencapai 0% sehingga tidak bisa diturunkan lagi. QE merupakan kebijakan moneter yang tidak setiap saat dikeluarkan oleh bank sentral.

 

Dengan QE ini, penjual obligasi seperti pemerintah atau bank menjadi memiliki likuiditas tambahan yang dapat digunakan untuk melumasi mesin perekonomian. Bagi bank, misalnya, likuiditas tambahan itu dapat disalurkan sebagai pinjaman kepada masyarakat.

 

Lalu apa hubungannya QE dan nilai tukar? Seperti disebutkan di atas, salah satu tujuan QE adalah membantu menekan suku bunga. Saat suku bunga turun di AS, pemilik dana atau modal finansial akan mengalihkan dananya (hot money) ke negara lain yang menawarkan bunga lebih tinggi untuk mendapatkan keuntungan lebih tinggi.

 

Akibat pengalihan dana tersebut, ada pasokan dolar AS yang berlimpah di pasar sehingga membuat harganya menjadi lebih murah. Sebaliknya, nilai tukar mata uang negara tujuan tersebut cenderung menguat dalam periode waktu tertentu karena adanya permintaan yang lebih banyak daripada biasanya.

 

Jika QE itu selesai dilakukan atau dikurangi, suku bunga akan kembali dinaikkan di AS. Pada saat itu terjadi, nilai tukar dolar AS akan menguat karena dolar AS menjadi banyak diburu ketika hot money kembali ke AS. Oleh karena itu, perkembangan kebijakan QE, termasuk penetapan suku bunga oleh the Fed, perlu dicermati oleh pemilik mata uang asing.

 

Selain dolar AS, mata uang utama di dunia antara lain Yen Jepang, Poundsterling Inggris, Franc Swiss dan Euro. Berbagai kebijakan serupa di negara-negara tersebut juga perlu diperhatikan saat memiliki mata uang asing.

 

Nah, kamu sekarang bisa menyimpan tabungan valuta asing di rekening valas digibank by DBS lho! Dengan aplikasi digibank by DBS, kita juga tidak perlu pergi ke kantor cabang untuk membuka rekening valas. Sambil bekerja atau beraktivitas di rumah, kita bisa membuka rekening tersebut lewat aplikasi di smartphone dalam waktu 24 jam x 7 hari.

Beranda > Investasi > Jenis Investasi > Saham > PENYEBAB NAIK TURUN HARGA SAHAM SUATU PERUSAHAAN

PENYEBAB NAIK TURUN HARGA SAHAM SUATU PERUSAHAAN

 

 

Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal seseorang atau pihak (badan usaha) dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Dengan menyertakan modal tersebut, maka pihak tersebut memiliki klaim atas pendapatan perusahaan, klaim atas asset perusahaan, dan berhak hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)

 

Saham bersifat fluktuatif, bisa naik bisa turun sama halnya dengan harga barang atau komoditi di pasar. Bagi beberapa orang disanalah seninya, bila pasar statis tidak akan menarik minat investor. Buat Sobat yang sudah punya saham di beberapa perusahaan pasti senang banget kalau lihat sahamnya “hijau royo royo” dan mendadak cemas kalau sahamnya jadi “merah merah” tapi ingat jangan panik ya.

 

Dalam teori ekonomi, naik turunnya harga saham merupakan sesuatu yang lumrah karena hal itu digerakkan oleh kekuatan penawaran dan permintaan. Jika permintaan tinggi maka harga akan naik, sebaliknya jika penawaran tinggi harga akan turun. Secara umum ada beberapa faktor yang memengaruhi naik turun harga saham suatu perusahaan. Faktor-faktor tersebut diklasifikasikan menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang timbul dari dalam perusahaan. Sementara faktor eksternal adalah faktor yang bersumber dari luar perusahaan.

 

Faktor Eksternal

1.    Kondisi Fundamental Ekonomi Makro

Faktor ini memiliki dampak langsung terhadap naik dan turunnya harga saham, misalnya:

·      Naik atau turunnya suku bunga yang diakibatkan kebijakan Bank Sentral Amerika (Federal Reserve).

·      Naik atau turunnya suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) dan nilai ekspor impor yang berakibat langsung pada nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

·      Tingkat inflasi juga termasuk dalam salah satu faktor kondisi ekonomi makro.

·      Pengangguran yang tinggi yang diakibatkan faktor keamanan dan goncangan politik juga berpengaruh secara langsung terhadap naik atau turunnya harga saham.

Selain faktor itu, hubungan antara tingkat suku bunga perbankan dan pergerakan harga saham juga sangat jelas. Ketika suku bunga perbankan melejit, harga saham yang diperdagangkan di bursa akan cenderung turun tajam. Hal ini dapat terjadi karena beberapa kemungkinan.: Pertama, ketika suku bunga perbankan naik, banyak investor yang mengalihkan investasinya ke instrumen perbankan semisal deposito. Dengan naiknya suku bunga tersebut, investor dapat meraup keuntungan yang lebih banyak. Kedua, bagi perusahaan, ketika suku bunga perbankan naik, mereka akan cenderung untuk meminimalkan kerugian akibat dari meningkatnya beban biaya. Hal ini terjadi karena sebagian besar perusahaan memiliki utang kepada perbankan.

 

2.    Fluktuasi Kurs Rupiah Terhadap Mata Uang Asing

Kuat lemahnya kurs rupiah terhadap mata uang asing sering kali menjadi penyebab naik turunnya harga saham di bursa. Secara logika, ini sangat masuk akal. Konsekuensi dari fluktuasi kurs tersebut bisa berdampak positif ataupun negatif bagi perusahaan-perusahaan tertentu, khususnya yang memiliki beban utang mata uang asing.

Perusahaan importir atau perusahaan yang memiliki beban utang mata uang asing akan dirugikan akibat melemahnya kurs. Sebab hal ini akan berakibat pada meningkatnya biaya operasional dan secara otomatis juga mengakibatkan turunnya harga saham yang ditawarkan. Sebagai contoh kasus adalah melemahnya kurs rupiah terhadap dolar AS sering kali melemahkan harga-harga saham di Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

 

3.    Kebijakan Pemerintah

Kebijakan Pemerintah dapat memengaruhi harga saham meskipun kebijakan itu masih dalam tahap wacana dan belum terealisasi. Banyak contoh dari kebijakan Pemerintah yang menimbulkan volatilitas harga saham, seperti kebijakan ekspor impor, kebijakan perseroan, kebijakan utang, kebijakan Penanaman Modal Asing (PMA), dan lain sebagainya.

 

4.    Faktor Panik

Berita-berita tertentu dapat memicu kepanikan di salah satu bursa atau saham. Kepanikan ini akan menuntut investor untuk melepas (menjual) sahamnya. Kembali pada hukum permintaan dan penawaran. Kondisi ini akan menyebabkan tekanan jual, sehingga harga saham akan turun. Dalam fenomena panic selling, para investor ingin segera melepas sahamnya tanpa peduli harganya, karena takut harganya akan semakin jatuh. Tindakan ini lebih dipicu oleh emosi dan ketakutan bukan berdasar analisis yang rasional. Hindari menjual saham karena terbawa kepanikan. Analisis lebih dulu saham yang ingin dijual, apakah secara fundamental saham tersebut masih layak dipegang. Memiliki saham yang bagus sama saja seperti memiliki sebagian kecil dari perusahaan yang bagus dan bonafit.

 

5.    Faktor Manipulasi Pasar

Penyebab naik turun harga saham juga bisa disebabkan karena manipulasi pasar. Manipulasi pasar biasanya dilakukan investor-investor berpengalaman dan bermodal besar dengan memanfaatkan media massa untuk memanipulasi kondisi tertentu demi tujuan mereka, baik menurunkan maupun meningkatkan harga saham. Hal ini sering disebut dengan istilah rumor. Namun penyebab oleh faktor ini biasanya tidak akan bertahan lama. Fundamental perusahaan yang tercermin di laporan keuangan yang akan mengambil kendali terhadap tren harga sahamnya.

 

 

Faktor Internal

1.    Faktor Fundamental Perusahaan

Faktor fundamental perusahaan adalah faktor utama penyebab harga saham naik atau turun yang harus selalu dicermati dalam berinvestasi saham. Saham dari perusahaan yang memiliki fundamental baik akan menyebabkan tren harga sahamnya naik. Sedangkan saham dari perusahaan yang memiliki fundamental buruk akan menyebabkan tren harga sahamnya turun.

 

2.    Aksi Korporasi Perusahaan

Aksi korporasi yang dimaksud di sini berupa kebijakan yang diambil jajaran manajemen perusahaan. Dampaknya dapat mengubah hal-hal yang sifatnya fundamental dalam perusahaan. Contoh dari aksi korporasi adalah terjadinya akuisisi, merger, right issue, atau divestasi.

 

3.    Proyeksi Kinerja Perusahaan Pada Masa Mendatang

Performa atau kinerja perusahaan dijadikan acuan bagi para investor maupun analis fundamental dalam melakukan pengkajian terhadap saham perusahaan. Di antara beberapa faktor, yang paling menjadi sorotan adalah tingkat dividen tunai, tingkat rasio utang, rasio nilai buku/Price to Book Value (PBV), earnings per share (EPS), dan tingkat laba suatu perusahaan.

Perusahaan yang menawarkan dividend payout ratio (DPR) yang lebih besar cenderung disukai investor karena bisa memberikan imbal balik yang bagus. Dalam praktiknya, DPR berdampak pada harga saham. Selain itu, EPS juga turut andil terhadap perubahan harga saham. EPS yang tinggi mendorong para investor untuk membeli saham tersebut yang menyebabkan harga saham makin tinggi.

Tingkat rasio utang dan PBV juga memberikan efek signifikan terhadap harga saham. Perusahaan yang memiliki tingkat rasio utang yang tinggi biasanya adalah perusahaan yang sedang bertumbuh. Perusahaan tersebut biasanya akan gencar dalam mencari pendanaan dari para investor. Meskipun demikian, perusahaan seperti ini biasanya juga diminati banyak investor. Sebab jika hasil analisisnya bagus, saham tersebut akan memberikan imbal tinggi (high return) karena ke depannya kapitalisasi pasarnya bisa meningkat.

 

Banyak jenis investasi yang dapat Sobat manfaatkan, namun ingat tetap berhati-hati pilihlah investasi yang legal dan pastinya berada dibawah pengawasan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Lakukan analisis yang mendalam, jangan mengambil keputusan karena terbawa emosi dan terpengaruh opini orang lain. Seperti kata Peter Lynch, seorang nvestor saham terkenal asal Amerika Serikat, “Know what you own, and know why you own it”.

 

 

Sumber:

https://www.idx.co.id/produk/saham/

https://www.cermati.com/artikel/faktor-faktor-penyebab-naik-turunnya-harga-saham-apa-saja

http://scdc.binus.ac.id/financeclub/2018/05/5-faktor-penyebab-naik-turunnya-harga-saham/

https://www.sahamok.com/apa-penyebab-harga-saham-naik-atau-turun/

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *