TRIBUNMANADO.CO.ID – Berikut ini merupakan arti 520 yang kini sedang viral.
520 merupakan bahasa gaul Mandarin.
Ada banyak orang yang mungkin belum pahan dengan kode 520.
Baca juga: Vania Utami Seorang Mahasiswa Disidang Karena Judi Online, Kerja di Perusahaan Judi dari Filipina
Baca juga: Cerita Siti Badriah, Panik saat Kepergok Sedang Berhubungan di Sofa oleh Asisten Rumah Tangganya
Untuk itu, kamu bisa simak disini 520 artinya dalam bahasa gaul.
Arti 520
Dalam konteks bahasa gaul Mandarin, banyak generasi muda yang menggunakan angka sebagai pengganti kalimat.
Tentunya, hal ini hanya dilakukan di internet atau sebagai bahasa percakapan teks saja.
520 dalam pelafalan bahasa Mandarin adalah wuerling, yang dikonotasikan sebagai woaini alias ‘Aku cinta kamu’.
Maka dari itu, jangan heran kalau hari Valentine, banyak orang Tiongkok yang menuliskan status 520 di media sosial mereka.
Mungkin ada pertanyaan, “Kok bisa wuerling jadi woaini? Tidak ada mirip-miripnya!”
Berikut tuliskan angka dalam bahasa Mandarin beserta bunyi lafalnya.
0 = ling
1 = yi
2 = er
3 = san
4 = si
5 = wu
6 = liu
7 = qi
8 = ba
9 = jiu
10 = shi
100 = bai
1000 = qian
10,000 = wan
100,000,000 = yi
Kumpulan bahasa gaul:
Arti A3 S6 B6 S5 K5
BERITASUKOHARJO.com – Hari Valentine atau hari kasih sayang tidak hanya dirayakan setiap 14 Februari. Negara Tiongkok juga merayakan hari Valentine setiap 20 Mei yang biasa disebut “520 Day”.
Untuk orang awam yang kurang mengerti mengenai budaya Tiongkok, pasti heran kenapa hari kasih sayang versi mereka bisa dinamakan “520 Day”.
Dikutip BeritaSukoharjo.com dari China Internet Watch, alasannya mungkin terdengar lucu, namun pengucapan “520” terdengar sama dengan pengucapan “wo ai ni” yang berarti “aku cinta kamu” dalam bahasa Mandarin.
Pada 14 Februari, orang-orang di Tiongkok juga merayakan hari Valentine Tiga bulan kemudian pada 20 Mei, mereka merayakannya kembali dengan lebih meriah.
Baca Juga: Lagu-Lagu dari Sub Unit Rap BTS yang Wajib Kamu Dengarkan
Sejarah dari “520 Day” berasal dari lagu penyanyi Taiwan, Fan Xiaolan berjudul “Digital Love” dan dalam liriknya “520” dikatakan sebagai “aku cinta kamu”.
“520 Day” menjadi tema yang banyak dipilih di berbagai tempat di Tiongkok setiap pertengahan bulan Mei. Berbagai jenis produk secara khusus menjadikan pasangan kekasih menjadi target pasar mereka ketika “520 Day”.
Produk seperti bunga mawar dan cokelat terjual habis. Hotel dan restoran ramai dipesan padahal saat “520 Day” harga yang ditawarkan cukup tinggi.
Meskipun bukanlah hari libur resmi, setiap malam “520 Day” jalanan di banyak kota di Tiongkok pasti ramai akan pasangan yang menghabiskan waktu bersama.
Diancam dengan pidana denda paling banyak tiga ratus tujuh puluh lima rupiah:
- barang siapa tidak mengadakan penerangan secukupnya dan tanda-tanda menurut kebiasaan padapenggalian atau menumpukkan tanah di jalan umum, yang dilakukan oleh atau atas perintahnya, ataupada benda yang ditaruh di situ oleh atau atas perintahnya;
- barang siapa tidak mengadakan tindakan seperlunya pada waktu melakukan suatu pekerjaan di atas ataudi pinggir jalan umum untuk memberi tanda bagi yang lalu di situ, bahwa ada kemungkinan bahaya;
- barang siapa menaruh atau menggantungkan sesuatu di atas suatu bangunan, melempar ataumenuangkan ke luar dari situ sedemikian rupa hingga oleh karena itu dapat timbul kerugian pada orangyang sedang menggunakan jalan umum;
- barang siapa membiarkan di jalan umum, hewan untuk dinaiki, untuk menarik atau hewan muatan tanpamengadakan tindakan penjagaan agar tidak menimbulkan kerugian;
- barang siapa membiarkan ternak berkeliaran di jalan umum tanpa mengadakan tindakan penjagaan, agartidak menimbulkan kerugian;
- barang siapa tanpa izin penguasa yang berwenang, menghalang-halangi sesuatu jalanan untuk umum didarat maupun di air atau menimbulkan rintangan karena pemakaian kendaraan atau kapal yang tidaksemestinya.
Pemerintah Kabupaten Kuningan kembali menggelar acara tradisional ketangkasan berkuda Sapton atau Saptonan dalam rangka memeriahkan Hari Jadi ke-520 Kabupaten Kuningan, Sabtu (1/9). Bertempat di lapangan sepak bola Kertawangunan, kemeriahan acara Sapton diawali dengan arak-arakan ala kerajaan yang ditampilkan oleh masyarakat dari lima kawedanan yang ada di Kabupaten Kuningan.
Di hadapan Raja Kuningan yang tak lain adalah Bupati Kuningan Acep Purnama, masing-masing kawedanan menampilkan seni pertunjukan. Diakhiri penyerahan upeti berupa hasil bumi, untuk kemudian dibagikan kepada masyarakat yang hadir memenuhi Lapangan Kertawangunan.
Usai upacara dan hiburan tari-tarian digelar, acara pun berlanjut pada acara inti yaitu lomba panahan tradisional dan ketangkasan berkuda. Puluhan penunggang kuda yang sehari-hari bekerja sebagai kusir delman menjadi peserta acara ketangkasan berkuda ini. Mereka membawa kuda terbaiknya untuk mengikuti lomba ketangkasan memasukkan tombak ke lubang cincin di bawah ember berisi air yang digantung dari atas kuda yang melaju kencang.
Satu persatu para peserta tersebut berusaha melemparkan tombak sambil menunggang kuda yang melaju kencang ke arah lubang cincin yang tergantung. Meski tampak mudah, namun tanpa keahlian khusus dan kepandaian mengendalikan kuda, sangat sulit bagi peserta untuk memasukkan tombak tersebut. Tembakan yang meleset dan malah mengenai badan ember, menyebabkan peserta terkena guyuran air dari ember yang tumpah. Sorakan para penonton yang memadati sekeliling lapangan semakin memeriahkan acara Sapton tersebut.
Bupati Kuningan Acep Purnama mengungkapkan, acara Sapton merupakan warisan tradisi leluhur masyarakat Kuningan para zaman kerajaan dulu. Sesuai namanya, kegiatan ini biasa diselenggarakan pada hari Sabtu ketika para demang menyerahkan upetinya kepada Raja Kuningan.
“Kebetulan Hari Jadi Kabupaten Kuningan yang jatuh pada tanggal 1 September kali ini juga jatuh pada hari Sabtu. Sangat pas acara Sapton tahun ini digelar pada hari Sabtu,” ujar Acep.
Acara Sapton berupa lomba ketangkasan berkuda ini, kata Acep, selalu dirangkaikan dengan lomba ketangkasan panahan tradisional. Berbeda dengan panahan yang biasa hadir dalam even kejuaraan nasional seperti Porda, PON ataupun olimpiade, panahan tradisional ini merupakan olah raga di mana setiap peserta membidikkan anak panahnya dengan busur yang dibuat secara tradisional dari bambu ke target berupa boneka Lesan berwarna putih dari jarak sekitar 50 meter.
“Ada nilai poin masin-masing bagi setiap anak panah yang mengenai sasaran pentol, kepala dan badan Lesan. Bagi yang mendapatkan nilai akumulasi tertinggi, dialah pemenangnya,” kata Acep.
Hal ini, kata Acep, sebagai bentuk pelestarian kebudayaan khas Kabupaten Kuningan yang sempat hilang ditelan zaman. Namun untuk selanjutnya, kegiatan Sapton akan terus diselenggarakan setiap peringatan Hari Jadi Kuningan bersama tradisi lain seperti panahan tradisional, babarit dan karnaval kebudayaan Kuningan.
“Tradisi Sapton merupakan aset Kuningan yang harus dipertahankan bahkan dikembangkan. Selain menghibur, acara ini juga sangat potensial mendukung pariwisata di Kabupaten Kuningan,” ujar Acep.
Sementara itu, Koordinator Pelaksana tradisi Saptonan, Toto, sekaligus Ketua Per-Dokar menerangkan, kemampuan para penunggang kuda untuk menjadi juara tidak mudah. Hal ini dibutuhkan pengetahuan, keterampilan dan keseimbangan menunggangi kuda. Dan lebih menarik lagi memiliki kedekatan dengan kudanya tersebut.
“Jumlah peserta sebanyak 22. Adapun yang menjadi sang juara mereka yang mampu memasuki tombak ke titik sasaran yang berada di bawah ember yang diisi air. Konon katanya bahwa air tersebut berasal dari 7 sumur yang dikumpulkan dari beberapa titik mata air yang ada di Kuningan,” ujar Acep.
Acara Saptonan dilaksanakan setelah terlebih dulu dilaksanakan sidang Paripurna Istimewa DPRD. Hadir dalam acara tersebut para sesepuh Kuningan dan para pejabat daerah, termasuk para undangan pejabat daerah tetangga. Tak ketinggalan hadir pula tokoh Kuningan, Agum Gumelar.
Sumber : https://www.radarcirebon.com/saptonan-meriahkan-hari-jadi-kuningan-ke-520.html